Singaraja – Rabu, 11 Agustus 2021 Poliklinik Sahabat berkolaborasi dengan TBM Abhinaya Sagraha membawakan seminar berjudul “Jalani ISOMAN Dengan Smart dan Semangat” sebagai bentuk edukasi dan dukungan kepada penyintas Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri maupun isolasi terpusat. Seperti yang kita ketahui, pandemi Covid-19 masih terus mengalami kenaikan jumlah kasus aktif, terutama di daerah Bali. Oleh karena itu, masyarakat yang menderita Covid-19 juga harus menjalani isolasi mandiri maupun isolasi terpusat untuk mencegah penyebaran virus. Namun, banyak juga masyarakat yang awam mengenai apa saja yang harus disiapkan dalam menjalani isolasi. Oleh karena itu, webinar ini diadakan untuk memberikan edukasi sekaligus membuka diskusi mengenai isolasi mandiri maupun isolasi terpusat. Pemateri pada webinar kali ini adalah dr. Putu Arya Nugraha, Sp. PD yang merupakan edukator di Klinik Sahabat sekaligus dosen FK Undiksha. Dokter Arya juga didampingi oleh Ni Made Dwi Satyawati, anggota aktif TBM Abhinaya Sagraha yang bertugas sebagai moderator pada hari ini.
Acara dibuka dengan presensi peserta webinar yang dimulai pada pukul 09.00 WITA, kemudian dilanjutkan dengan acara pembukaan yang terdiri dari MC Performance, menyanyikan lagu Indonesia Raya, Mars Undiksha dan Mars PTBMMKI, kemudian doa bersama dan dilanjutkan dengan sambutan oleh Dr. dr. Ni Luh Kadek Alit Arsani, S.Ked., M. Biomed selaku Wakil Dekan 2 FK Undiksha yang sekaligus membuka acara webinar. Selanjutnya, acara dilanjutkan ke agenda inti yang diawali dengan pembacaan CV pemateri dan dilanjutkin dengan pemaparan materi.
Pemaparan materi diawali dengan penyampaian mengenai pengenalan terhadap virus corona. Virus corona adalah virus yang sudah ada sejak dahulu. Ada beberapa jenis virus corona yang sempat mewabah, mulai dari SARS (2000), MERS (2010), SARS-Cov-2 (2019), dan yang terbaru adalah virus corona varian delta yang sedang kita hadapi saat ini. Selanjutnya, dr. Arya juga menambahkan bahwa untuk menciptakan kekebalan komunitas, maka 70% populasi harus terpapar virusnya baik secara alami maupun membentuk imunitas buatan yang dihasilkan oleh vaksinasi.
Covid-19 memiliki beberapa derajat dan juga gejala yang dapat muncul pada penderitanya. Derajat Covid-19 dikategorikan mulai dari tanpa gejala, bergejala ringan, bergejala sedang, hingga bergejala berat atau kritis. Adapun gejala yang ditimbulkan oleh Covid-19 dikelompokkan menjadi gejala pada saluran nafas (anosmia, sesak, batuk berdahak, dll), gejala non saluran nafas (diare, nyeri otot, kesemutan, dll), serta gejala yang terasosiasi dengan komorbid seperti gangguan kontrol gula, asma lebih mudah kumat, dan sebagainya.
Untuk mengetahui apakah seseorang sedang terpapar virus SARS-Cov-2 ini, ada beberapa tes yang dapat dilakukan, antara lain tes rapid antibodi yang merupakan tes cepat yang memiliki kelemahan tidak spesifik dalam mengenali virus corona, kemudian tes rapid antigen yang saat ini digunakan untuk konfirmasi awal atau tracing pasien Covid-19, lalu tes Genose yang merupakan inovasi baru, tetapi tidak spesifik dalam menganli virus corona, dan juga tes PCR yang paling akurat dalam mengkonfirmasi apakah seseorang terinfeksi oleh SARS-Cov-2. Untuk saat ini, tes PCR sudah tersedia di Kabupaten Buleleng.
Jika seseorang terkonfirmasi positif Covid-19, maka mereka harus diisolasi dengan tujuan menghindari penyebaran virus corona dan mencegah kontak dengan orang yang berisiko. Orang tanpa gejala tidak memerlukan pengobatan khusus, namun tetap harus diisolasi, sementara untuk orang yang bergejala ringan diberikan obat sesuai keluhan yang muncul, dan untuk gejala sedang berat maupun kritis, penderita diharuskan untuk opname dan diberi antivirus, terapi komorbid jika ada, pemberian obat obatan mutakhir (anti radang, agen biologis), dan terapi plasma konvalesen. Jika melakukan isolasi mandiri, pasien harus selalu monitoring apabila ada sesak dan mengecek saturasi oksigennya secara berkala. Jika saturasi oksigen kurang dari 94% maka pasien harus menjalani opname. Pengecekan pernafasan juga dilakukan secara berkala, di mana frekuensi nafas normal adalah 10- 16 kali per menit, apabila di atas 20 kali per menit maka dikattegorikan sebagai sesak nafas dan harus segera berkonsultasi dengan dokter. Oleh karena itu, saat ini ada telemedicine yang diselenggarakan Kementerian Kesehatan untuk pasien yang menjalani isoman guna memudahkan konsultasi dengan dokter.
Pasien yang menjalani isolasi juga harus melakukan beberapa hal, seperti harus menjaga nutrisi yang cukup, mengimbangi dengan olahraga ringan (jalan santai 15-20 menit), latihan nafas untuk mengatasi gejala sesak akibat long covid dan berjemur, karena vitamin D berperan untuk meningkatkan imunitas. Selain itu, usahakan untuk tidur 6-7 jam dan tidur siang 30-45 menit. Kemudian tetap berkomunikasi dengan keluarga, teman, dan kerabat. Serta menjalankan hobi saat isolasi, mengonsumsi media positif, dan menjalin komunikasi yang baik dengan nakes, satgas covid, dan lingkungan sekitar.
Selain itu, kepada penyintas Covid-19 bisa berbagi pengalaman, memberikan dukungan langsung untuk pasien isolasi dan dapat melakukan donor plasma konvalesen dengan syarat belum menerima dosis vaksin untuk membentuk antibodi yang cukup banyak serta dilakukan dalam kurun waktu 3 bulan setelah sembuh.
Pemaparan materi telah selesai dan kemudian dilanjutkan dengan sesi diskusi. Pertanyaan pertama datang dari peserta atas nama Radha, ibunda Radha mengeluhkan anosmia dan batuk setelah pergi melayat, Radha kemudian membawa ibunya ke puskesmas untuk emnjalani tes dan sedang menunggu hasilnya. Diketahui juga bahwa ibunda Radha memiliki komorbid Diabetes Mellitus dan saat ini mereka sekeluarga tinggal bersama anak anak dan nenek Radha. Radha bertanya mengenai apa yang harus dilakukan sambil menunggu hasil tes ibundanya. Kemudian dr. Arya menyarankan untuk mengusahakan agar ibunya tidak kontak dengan anak anak, orang tua dan orang yang belum vaksin, selain itu selalu mencuci tangan dan pakai masker saat berada di rumah, kemudian dr. Arya juga menyarankan untuk memberikan obat pada komorbid ibundanya saja (metformin) dan apabila gejala batuknya mengganggu, bisa diberikan obat batuk bebas. Kemudian apabila mengalami demam, dapatdiberikan parasetamol 3 kali sehari. Kemudian pemberian vitamin merupakan pilihan dan apabila berkenan, dapat mengikuti isolasi terpusat di puskesmas terdekat karena terdapat komorbid Diabetes Mellitus.
Pertanyaan berikutnya dari I Gusti Ayu Yudiani yang bertanya apakah perlu dilakukan pemberian vaksin dosis ketiga, dan apabila perlu kapan sebaiknya untuk diberikan vaksin dosis ketiga? dr. Arya kemudian menjawab untuk booster atau pemberian vaksin dosis ketiga saat ini diprioritaskan untuk diberikan kepada nakes terutama nakes yang bekerja di ruang isolasi Covid atau RS rujukan Covid. Namun, apabila sudah pernah terinfeksi sebelumnya, maka harus menunggu 3 bulan setelah terinfeksi untuk diberikan booster, karena setelah terpapar secara alami sudah terbentuk kadar antibodi yang tinggi.
Sesi diskusi kemudian berlanjut dengan pertanyaan dari peserta atas nama Widia. Widia dikeahui sedang menjalani isoman. Widia merasakan sakit sejak hari Kamis siangWdidia bertanya, apakah terapi saat isoman dengan obat antibiotik saja sudah cukup. atau perlu menambahkan terapi antivirus? kondisi Widia sudah membaik, hanya terkadang nafas agak terasa berat. Adapun tangapan dari dr. Arya adalah, antivirus tidak begitu diperlukan, antibiotik dapat berperan untuk mencegah infeksi sekunder namun pemberiannya harus atas rekomendasi dokter, dan untuk pengelolaan kecemasan dan sesak nafas dapat mengikuti terapi daringoleh Klinik Sahabat setiap hari Sabtu. Saat terinfeksi oleh virus corona, maka tuubuh kita menghasilkan agen radang. Agen radang tersebut kemudian mengakibatkan keluhan nyeri sendi, demam, dll. Untuk menghilangkan gejalanya, dapat dilakukan dengan rutin minum air dan bergerak untuk mempercepat pengeluaran kompleks antigen dan antibodi yang terbentuk saat infeksi melalui sistem ekskresi.
Pertanyaan berikutnya disampaikan oleh peserta atas nama Mastika Putra. Mastika adalah seorang penyintas covid dengan gejala sedang karena saturasi oksigennya sempat di bawah 80%. Saat ini, Mastika sudah tidak mengalami gejala lagi, tetapi nafasnya terkadang terasa berat, padahal saturasi oksigen di atas 97%. Selain itu Mustika juga mengalami susah tidur, Mustika bertanya bagaimana cara menangani keluhannya tersebut. Lalu Ia juga bertanya apakah boleh bertemu dengan anaknya saat ini. Jawaban dr. Arya adalah sebagai berikut, tanda tanda klasik long covid salah satunya adalah gangguan tidur dan sesak nafas berkelanjutan. Untuk melatih nafas, dapat dilakukan latihan jalan kaki lebih sering dan latihan daring dengan Klinik Sahabat. Untuk mengatasi gangguan tidur, pada pukul 5 sore dapat melakukan beberapa gerakan hingga berkeringat. Kemudian saat malam hari coba untuk beraktifitas yang cukup lelah seperti membaca, menonton TV, dsb. Usahakan untuk tidur di atas pukul 10 atau pukul 11 malam, jika belum berhasil, dapat dibantu dengan obat. Saat ini, Mustika aman untuk berkumpul dengan keluarganya tanpa perlu isolasi lebih lanjut karena pada dasarnya setelah 10 hari terinfeksi apabila mengalami gejala ringan tidak perlu dites kembali, kecuali pada kasus infeksi berat perlu dicek CT valuenya.
Peserta atas nama Tia Adnyani kemudian bertanya. Setelah membaca salah satu artikel di internet yang membahas tentang gejala dari Covid-19, salah satu gejala yang sedikit tidak umumnya adalah diare. Bagaimana sekiranya mekanisme virus penyebab Covid-19 ini dapat menyebabkan diare? Lalu pertanyaan kedua dari Tia, apabila kita dinyatakan positif apakah ada jenis makanan atau minuman tertentu yang wajib dikonsumsi saat isolasi mandiri untuk mempercepat penyembuhan tubuh? Dr. Arya kemudian menjawab, di usus terdapat reseptor ACE yang mengenali antigen virus corona, antigen tersebut kemudian terikat dengan reseptor ACE di usus sehingga terjadi gejala di sistem pencernaan. Lalu untuk pertanyaan kedua, tidak ada makanan tertentu yang menjadi obat untuk Covid-19, tetap jaga nutrisi seimbang yaitu 4 sehat dan 5 sempurna.
Sesi diskusi selanjutnya dilanjutkan dengan pertanyaan dari Edy. Kakak Edy sedang menjalani isoter di Jinengdalem dan diberikan paket obat yang terdiri dari vitamin, antivirus, dan pereda gejala. Sementara kakaknya adalah OTG yang tidak perlu terapi obat obatan. Edy pun bertanya, kira kira apa saja yang diperlukan oleh kakaknya saat ini. Kemudian dr. Arya menjawab, kakak Edy menjalani isoter hanya untuk dipisahkan saja bukan untuk terapi karena statusnya hanya OTG. Oleh karena itu, kakak Edy hanya perlu mengkonsumsi vitamin saja dari paket obatnya, dan untuk pemeriksaan ulang sebenarnya tidak perlu dilakukan lagi setelah isolasi, namun masih dilakukan kerjasama dengan Sekda Buleleng untuk mengubah persyaratan saat selesai isolasi.
Kemudian dari platform Youtube, peserta atas nama Sugandini Ardana menyampaikan pertanyaan terkait jadwal program pengelolaan kecemasan dan latihan pernafasan yang dilakukan oleh Klinik Sahabat. Dr. Arya menjawab bahwa program tersebut dilakukan setiap hari Sabtu pukul 15.00 secara daring. Untuk link aksesnya akan dibagikan melalui Facebook pribadi Dokter Arya atau melalui broadcast ke grup grup Whatsapp pada pagi harinya.
Pertanyaan terakhir datang dari Ruby Firdaus yang bertanya apakah vaksinasi yang telah dilakukan mampu mengatasi varian delta? Lalu bagaimana penyebaran varian delta di daerah Buleleng? Dr. Arya pun menjawab, bahwa varian delta sudah masuk ke Buleleng. Banyak faktor yang mempengaruhi efikasi vaksin terhadap varian delta sehingga vaksin tidak pernah 100% efektif. Karena varian delta telah bermutasi dari virus sebelumnya, maka masih ada struktur dasar virus yang belum bermutasi sehingga diharapkan vaksin juga dapat menangani varian delta. Orang yang sudah vaksin lengkap biasanya terkena gejala ringan atau haya menjadi OTG, sementara yang belum vaksin gejalanya akan lebih berat.
Dengan pertanyaan terakhir tersebut, maka sesi diskusi pun ditutup dan dilanjutkan dengan pembacaan kesimpulan oleh moderator dan diakhiri dengan sesi dokumentasi yang menandakan berakhirnya webinar pada pagi hari ini. Dengan adanya webinar ini, diharapkan masyarakat dapat menerima ilmu yang berguna untuk diterapkan pada masa isolasi seperti saat ini dan dapat menyebarkannya ke rekan maupun kerabat dekatnya. (TFK)