Kuta – Bertepatan dengan Peringatan Hari AIDS se-dunia (1-2 Desember 2023), kelompok riset tumbuh kembang anak FK Undiksha yang beranggotakan Ketut Espana Giri, SS.T., M.Kes, Hesteria Friska Armynia Subratha, SST., M.Kes dan Nis’atul Khoiroh, M.Keb mempresentasikan Poster hasil penelitian dengan Judul “MOTIVASI MENGAKSES ARV PADA PENGASUH ANAK HIV” dalam PERNAS JPHIV (Pertemuan Nasional Jaringan Penelitian HIV Indonesia) setelah berhasil lolos dalam seleksi abstrak yang diselenggarakan oleh JPHIV-INA bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan RI dan UNAIDS dengan tema “Mendorong Kebijakan Pencegahan dan Penanggulangan HIV Berbasis Bukti Ilmiah Terbaik.“
Kegiatan ini menggabungkan Pertemuan Nasional HIV (PERNAS) dengan Perayaan Nasional Hari AIDS Sedunia yang tidak hanya memperkuat komitmen Indonesia dalam mengatasi epidemi HIV AIDS tetapi juga menyoroti kolaborasi sinergis antara JPHIV dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Indonesia. Acara bersama ini memanfaatkan sumber daya dan perhatian dari kedua platform, menawarkan peluang unik bagi para pemangku kepentingan untuk terlibat dalam dialog yang lebih mendalam, berbagi praktik terbaik, dan menjalin kolaborasi yang lebih kuat. Acara ini juga menampilkan kemajuan, strategi, dan inovasi Indonesia kepada khalayak yang lebih luas, yang memadukan upaya lokal dengan aspirasi global.
Penelitian kelompok riset tumbuh kembang anak FK Undiksha tahun ini melakukan penelitian kualitatif, menggunakan metode wawancara mendalam terhadap pengasuh anak yang HIV positif berusia 4-5 tahun (n=3) dan petugas kesehatan (n=3). Analisis data kualitatif dilakukan dengan menggunakan analisis data tematik. Sudah mendapatkan surat Kelaikan Etik No: 054/UN48.24.11/LT/ 2023. Penelitian dilakukan bulan September-Oktober 2023 di Puskesmas-pusksmas Kabupaten Buleleng.
Penelitian ini menemukan bahwa : Ketiga pengasuh belum mengetahui tentang ARV. Salah satu pengasuh belum membuka status HIV anak dalam keluarga, hal ini disebabkan karena takut anak mengalami diskriminasi dan stigma. Pengambilan AV terkadang masih dibantu LSM atau petugas kesehatan karena takut dilihat orang lain. Dua responden mengatakan tidak pernah mengajak anak ke posyandu karena tidak tahu manfaat posyandu dan takut mengalami diskriminasi. Motivasi utama pengasuh mengakses ARV adalah untuk menjaga kesehatan anak agar tidak sakit karena tidak memiliki jaminan kesehatan pemerintah dan ekonomi yang kurang.
Motivasi lain diperoleh dari petugas kesehatan yang bersahabat dan selalu bersedia membantu bila anak sakit. Dukungan petugas kesehatan dapat dilihat dari kunjungan rutin ke rumah anak, membawakan ARV ke rumah anak dan melakukan pemeriksaan kesehatan anak yang HIV positif. (Red_FK)