Singaraja – COVID-19 merupakan penyakit yang sangat menular dan terus merusak kondisi kesehatan dunia, kehidupan sosial, pariwisata, pendidikan serta ekonomi. Perlu adanya sinergitas semua pihak dalam menangani pandemi covid 19 ini, tidak terkecuali pihak institusi pendidikan tinggi guna menjaga kualitas pendidikan di Indonesia. Di tengah PPKM level 4 yang diterapkan Pemerintah Jawa dan Bali serta kebijakan Work From Home (WFH) tidak menyurutkan semangat semangat civitas akademika Universitas Pendidikan Ganehsa dalam mengambil peran mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu yang dilakukan Prodi D3 Kebidanan yaitu dengan diselenggarakannya webinar nasional pertama dengan mengambil tema “Peningkatan Pelayanan Bidan Dalam Deteksi Dini Komplikasi pada Masa Kehamilan, Bersalin dan Nifas pada Era Adaptasi Kehidupan Baru Serta Pengembangan Jenjang Karir Bidan. Tema ini pun ditegaskan oleh Dekan Fakultas Kedokteran sangatlah tepat mengingat menghadapi era baru dimana semua kondisi sektor kehidupan dituntut dengan perubahan yang sangat signifikan baik pada medical care, pada pelayanan rumah sakit, maupun pelayanan kesehatan tingkat pertama, sehingga antisipasi melalui peningkatan kompetensi melalui webinar ini sangat baik sekali. Dalam sambutannya juga Dekan Fakultas Kedokteran yang akrab disapa Prof Ahmad ini juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan hadir dalam kegiatan virtual ini dalam rangka peningkatan kemampuan dan profesionalisme bidan.
Walaupun pertama kali dalam melakukan seminar nasional dan dalam situasi pandemi, antusias peserta sangatlah tinggi dibuktikan dengan peserta webinar prodi d3 Kebidan ini dikuti hampir ratusan peserta baik dari intitusi pendidikan, maupun praktisi. Dari catatan panitia didapatkan rekapan 10 besar intansi asal peserta seminar nasional Kebidanan Undiksha yaitu Universitas dan STIKes Swasta sebanyak 270 peserta, RSUD dan RS Swasta di Wilayah Bali sebanyak 220 peserta, Poltekkes Kemenkes di daerah Jawa Sumatra, Kalimantan Sulawesi sebanyak 188 peserta, dari Undiksha yaitu 180 peserta, Klinik Kesehatan dan Praktik Bidan Mandiri (PMB) di Bali sebanyak 150 peserta, RSUP Sanglah 70 peserta, Poltekkes Kemenkes Denpasar sebanyak 65 peserta, Universitas Negeri 60 peserta, Dinas Kesehatan Provinsi Bali 33 peserta dan Puskesmas Banda Sakti Kota Lhoseumawe Aceh ebanyak 27 peserta.
Tingginya antusias peserta mengikuti webinar ini tidak lepas dari menariknya tema yang diangkat oleh panitia, publikasi panitia melaui media sosial instagram , facebook, grup Whatsapp, telegram dan juga nama besar dari pemateri yang digandeng panitia dalam mengisi kegiata ini. Salah satunya yaitu Dr. dr. Muhammad Alamsyah Asis Sp.OG (K)-KFM KIC M.Kes dari Departemen Obstetri Ginekologi FK UNPAD dan juga aktif berpraktek di RSHS Bandung. Di kalangan kedokteran obsteri gynekologi dan Profesi Bidan di Bandung nama beliau tentu sudah tidak asing, karena aktif sebagai pemateri dalam webinar nasional serta sudah banyak buku yang dihasilkan yaitu hampir 15 buku dalam bidang obstetri dan gynekologi. Jalannya seminar dipandu langsung oleh Ibu Koordinator Prodi D3 Kebidanan FK Undiksha yaitu Luh Nik Armini S.ST.,M.Keb yang membawakan kegiatan dengan penuh semangat. Dalam paparan materinya dokter Alamsyah begitu panggilan akrabnya menyampaikan bahwa tema yang diangkat panitia sangatlah up to date sesuai kondisi pandemi saat ini dimana bidan sebagai garda terdepan pelayanan “primary care” dapat memiliki kompetensi deteksi dini komplikasi kehamilan guna mengurangi angka kesakitan da kematian Ibu Hamil di Masa pandemi. Lanjut dalam penjelasan beliau kita harus memahami dulu kondisi statistik yang terjadi pada ibu hamil saat ini, agar bisa mempersiapkan intervensi yang tepat. Selama ini dari data yang dipaparkan oleh dokter Alamsyah pelayanan Ante Natal Care (ANC) di Indonesia paling banyak dilakukan oleh bidan yaitu hampir 45,3%, sehingga menurut beliau teman sejawat Bidan memiliki peran yang cukup penting. Di Indonesia sendiri telah terjadi pergeseran trend dimana penyumbang kematian terbesar pada ibu hamil yang awalnya perdarahan sekarang menjadi hipertensi pada kehamilan atau disebut Pre Eklamsi (PE). Ditegaskan oleh beliau provinsi Jabar, Jateng dan Jatim menjadi provinsi penyumbang angka kematian Ibu tertinggi di Indonesia. Kematian ibu hamil terbanyak terjadi di Rumah Sakit yang notabene merupakan sudah masuk fase lanjutan dari kasus kegawat daruratan maternal. Diharapkan oleh beliau deteksi dini komplikasi in bisa diberikan di “primary care” yaitu kegiatan teman-teman sejawat bidan dalam promotif dan preventif, deteksi dini, kualitas dan kuantitas ANC dengan prinsip 10T dan juga persalinan yang menggunakan partograf. Melihat kondisi pandemi saat ini dokter Alamsyah menjelaskan ibu hamil sudah bisa untuk diberikan vaksinasi covid 19 dengan rentang Usia kehamilan 12-33 minggu , sehubungan dengan periode kritikal organogenesis trimester 1 dan guna perlindungan pada akhir trimester 2 serta 3. Terkait dengan risiko infeksi covid 19 secara vertikal dari ibu hamil kepada bayi menurut dokter Alamsyah masih menjadi kontroversi karena beberapa artikel junral masih terus berkembang untuk mengkaji keterkaitannya. Terakhir dari pemaparan beliau bagi ibu hamil yang sedang terkonfirmasi covid 19 dianjurkan agar berkonsultasi dengan dokter berhubugan dengan konsumsi obat antivirus yang bersifat teratogenik dan oleh beliau bagi Ibu hamil atau menyusui dapat memberikan ASI dengan protokol kesehatan yang ketat.
Menyambung pemateri pertama, pada pemateri kedua hadir dalam seminar nasional ini yaitu Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Provinsi Bali yaitu Luh Putu Sukarini S.,ST.,MM.,M.Kes dengan ciri khas pembawaan yang anggun dan semangat. Melanjukan kompetensi bidan dalam deteksi dini komplikasi pada masa kehamilan yang disampaikan dokter Alamsyah, Ibu Luh Sukarani memberikan ajakan dan dorongan kepada seluruh Bidan di Indesia dan Provinsi Bali pada khususnya untuk tetap semangat meningkatkan kompetensi diri dengan mengikuti pelatihan, seminar ataupun meningkatkan jenjang pendidikan tinggi guna mencapai kompetensi yang lebih baik. Dalam paparannya ketua PD IBI Bali ini menjelaskan bahwa kompetensi bidan menajdi dasar memberikan pelayanan kebidanan secara komprehensif, efektif efisien da aman berdasarkan evidance based kepada klien, dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara mandiri kolaborasi dan rujukan. Ibu Luh Sukarini juga menjelaskan lingkup asuhan kebidanan dengan kompetensi ahli madya dan kompetensi Bidan yaitu bidan ahli madya memiliki kompetensi Bayi Baru lahir, Bayi Anak Balita dan Anak Prasekolah, Masa kehamilan, Masa Persalinan, Masa Nifas Pelayanan Keluarga Berencana dan Keterampilan Dasar Praktik Klinis Kebidanan. Pada Area kompetensi Bidan ditambah dengan Kesehatan Reproduksi, Masa sebelum hamil, Masa Pasca Kegururan, Masa Natara, Masa Klimaterium, dan Pelayanan Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas. Sebagai tambahan beliau juga mengingatkan sesuai dengan Permenpan RB Nomor 36 Tahun 2019 Bahwa jenjang karir Profesi Bidan dibagi Bidan terampil dan Bidan Ahli dengan pangkat terendah Bidan pelaksana (IIC)sampai Bidan Utama (IVe). Secara bersama-sama organisasai profesi Bidan akan mendorong dan mendukung semua Bidan di Inonesia untuk bisa mencapai tahap tersebut, jadi tidak usah gundah gulana, resah dan gelisah, ungkap beliau di akhir materi yang disampaikan. (TFK)